Minggu, 04 Agustus 2013

Catatan Yang Tertinggal Selama 40 Senja (3)

>>Setelah senja ke-5, di Malam Rabu yang Sesak
      28 Mei 2013

Memang tak ada yang tau hati manusia seperti apa, kan? Bagaimanapun keadaannya, yang meskipun samasama dijalani. Tapi selalu saja, rasa tetap berbeda
Saya selalu berdoa, semoga apapun yang terasa akan selalu murni, seperti harapan kita. 
Ya Allah, mencintai saudara seiman selalu saja seperti ini 

    

    Saya tau, niat ini sering berubah, azzam ini selalu melemah. Maka kuatkan, lalu jaga..
Hati seseorang tak mungkin tidak tersentuh ataupun bergetar hanya karena suatu alasan tentang hatinya sendiri. Apalagi yang menggedornya ini adalah Al-Qur'an. Maka tak ada yang bisa menghalanginya untuk tidak menghamburhamburkan air mata. Meskipun dalam keadaan tak mengerti tentang alasan. Jangan bohongi nuranimu! Kau mencintai Kalam ini!
   Sekiranya, Ia bisa dibacakan tak henti agar tak henti pula kau menikmati lantunan keajaibannya, maka tak ada siapasiapa lagi yang bisa menghalangi rasa cintamu tentang semua baitnya.

Saya tau, atau mungkin kepongahanku sedang berusaha menebak, kau sudah membasahi hatimu. Rembesannya memantulkan cahaya pada mata beningmu di bawah sinar redup itu.
Saya tau, atau mungkin kepongahanku sedang berusaha menerka, tak ada yang kau fikir saat itu selain tentang dirimu. Yang sedang resah. Yang tak tau bagaimana caranya membarakan semangat yang biasanya.
Saya tau, dan memang kepongahanku sedang berusaha mengungkapkan.
Sayaingin kau seperti yang lain. Kau harus menjadi dirimu untuk segala hal, apalagi tentang lenteramu ini.
Saya pongah, saya sedang berlarutlarut dalam keegoisan kemarinnya. Tak ada doa yang seharusnya saya bagi pula untuk semua orang yang (mungkin) juga pernah menyebut nama saya. Meski hanya pada sebait doa pendeknya.

"Sebab ikhlas akan 'melemahkan' kelemahanmu!"
 


Tidak ada komentar: