Putih..
Tidak ada kata. Semuanya seakan menguap bersama embun. Yang ia rasa adalah kehampaan di sepanjang pagi. Lalu otaknya runyam sesubuh itu. Pun hatinya yang memang sudah bagai karatan pagar.
Tidak ada yang membuatnya melompat kegirangan seperti berbelas-belas tahun sebelumnya.
Dia di sini sendiri. Tak difahami oleh fajar. Juga diabai oleh senja. Dia berjalan sendiri bahkan tidak bersama bekas jejaknya.
Ke mana gerangan?
Saya fikir salah dari waktu-waktu luangnya. Yang selalu saja habis demi kesia-siaan. Demi mimpi yang selalu berwujud mimpi lagi setiap ia temui kembali. Detik-detiknya habis bersama emas di kaki-kaki langit. Berjalan dan terus meninggalkannya yang tak pernah mencari teman.
Ada apa dengan matanya yang semakin kelabu saja?
Saya fikir dia tak pernah tidur untuk membuat waktunya dalam kekosongan saja. Mata kelabu itu bahkan tak pernah berubah semenjak rembulan telah bosan dia pandangi. Semakin mengelabu dan hampir putih saja di sana.
"Mungkin dia mencemburui bintang.." Ejek tetangganya. Tapi terakhir kudapati tetangganya mati ditimpa sinar emas menjelang malam, kemarin.
Kenapa mengejeknya membawa petapa bagi sesiapa??
Entahlah.. Jika tak berfikir kiamat, mungkin kisahnya tak akan habis. Kisahnya hidup di setiap masa.
Pun aku yang sedang mencemburuinya. Selalu sepi.. sedangkan aku, penat di tengah keramaianku..
Tidak ada kata. Semuanya seakan menguap bersama embun. Yang ia rasa adalah kehampaan di sepanjang pagi. Lalu otaknya runyam sesubuh itu. Pun hatinya yang memang sudah bagai karatan pagar.
Tidak ada yang membuatnya melompat kegirangan seperti berbelas-belas tahun sebelumnya.
Dia di sini sendiri. Tak difahami oleh fajar. Juga diabai oleh senja. Dia berjalan sendiri bahkan tidak bersama bekas jejaknya.
Ke mana gerangan?
Saya fikir salah dari waktu-waktu luangnya. Yang selalu saja habis demi kesia-siaan. Demi mimpi yang selalu berwujud mimpi lagi setiap ia temui kembali. Detik-detiknya habis bersama emas di kaki-kaki langit. Berjalan dan terus meninggalkannya yang tak pernah mencari teman.
Ada apa dengan matanya yang semakin kelabu saja?
Saya fikir dia tak pernah tidur untuk membuat waktunya dalam kekosongan saja. Mata kelabu itu bahkan tak pernah berubah semenjak rembulan telah bosan dia pandangi. Semakin mengelabu dan hampir putih saja di sana.
"Mungkin dia mencemburui bintang.." Ejek tetangganya. Tapi terakhir kudapati tetangganya mati ditimpa sinar emas menjelang malam, kemarin.
Kenapa mengejeknya membawa petapa bagi sesiapa??
Entahlah.. Jika tak berfikir kiamat, mungkin kisahnya tak akan habis. Kisahnya hidup di setiap masa.
Pun aku yang sedang mencemburuinya. Selalu sepi.. sedangkan aku, penat di tengah keramaianku..
Jejakku pada: s e n j a |
1 komentar:
Suka!
Posting Komentar