Met
milad ukhty…., Met ultah yah…., HBD prend….., Wish u all the best….., dan
lain-lain. Begitulah kiranya kaum muda dalam mengekspresikan perayaan ulang
tahun temannya. Tapi, pernahkah terbesit dalam pikiran kita, sebenarnya asal usul
atau sejarah adanya ulang tahun itu gimana sih? Apakah Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam sendiri pernah merayakannya? eemmmhh,,,,
Okey ukhty, jadi awal mulanya, dulu tuh
pada masa-masa awal Nasrani generasi pertama (Ahlul Kitab / kaum khawariyyun /
pengikut nabi Isa) mereka tidak merayakan upacara ulang tahun, karena mereka
menganggap bahwa pesta ulang tahun itu adalah pesta yang mungkar dan hanya
pekerjaan orang kafir Paganisme. Namun, pada masa Herodeslah acara ulang tahun
mulai dimeriahkan sebagaimana tertulis dalam Injil Matius 14:6 ; “Tetapi pada
HARI ULANG TAHUN Herodes, menarilah anak Herodes yang perempuan, Herodiaz, di
tengah-tengah meraka akan menyukakan hati Herodes.” (Matius14 : 6)
Dan dalam Injil Markus 6:21 disebutkan
juga : “Akhirnya tiba juga kesempatan yang baik bagi Herodias, ketika Herodes
pada HARI ULANG TAHUNNYA mengadakan perjamuan untuk pembesar-pembesarnya,
perwira-perwiranya dan orang-orang terkemuka di Galilea.” (Markus 6:21). Orang
Nasrani yang pertama kali mengadakan pesta ulang tahun adalah orang
Nasrani Romawi. Beberapa batang lilin dinyalakan sesuai dengan usia orang yang
berulang tahun. Sebuah kue ulang tahun dibuatnya dan dalam pesta itu, kue besar
dipotong dan lilin pun ditiup. (Bisa dilihat dalam buku : Parasit Aqidah. A.D.
El. Marzdedeq, Penerbit Syaamil, hal. 298)
Pertanyaannya sekarang adalah, lalu
apakah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mengikuti tradisi ini,
sedangkan Herodes sudah hidup pada jaman Nabi Isa ?
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam bersabda, “Sebaik-baik umat manusia adalah
generasiku (sahabat), kemudian orang-orang yang mengikuti mereka (tabi’in) dan
kemudian orang-orang yang mengikuti mereka lagi (tabi’ut tabi’in).” (Muttafaq
‘alaih)
Rasulullah shalallah ‘alaihi wa sallam
pernah bersabda: "Kamu akan mengkuti cara
hidup orang-orang sebelum kamu, sejengkal demi sejengkal, sehasta demi sehasta.
Sehingga jika mereka masuk kedalam lobang biawak kamu pasti akan memasukinya
juga". Para sahabat bertanya,"Apakah yang engkau maksud adalah kaum
Yahudi dan Nasrani wahai Rasulullah?" Rasulullah menjawab: "Siapa
lagi jika bukan mereka?!".
Allah Ta`ala berfirman;
Orang-orang Yahudi dan Nasrani tidak akan senang kepada kamu hingga kamu
mengikuti agama mereka. (QS. Al Baqarah : 120)
Dan janganlah kamu mengikuti apa
yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran ,
pengelihatan, dan hati, semuannya itu akan diminta pertanggungjawabannya. (QS.
Al-Isra’:36)
"... dan kamu mengatakan dengan
mulutmu apa yang tidak kamu ketahui sedikitpun juga, dan kamu menganggapnya
suatu yang ringan saja. Padahal dia pada sisi Allah adalah besar." (QS.
an-Nuur: 15)
Sehingga dalil-dalil di atas
menjawab, bahwa janganlah mudah ikut-ikutan tentang suatu perkara, ikut-ikutan
mengucapkan Ulang Tahun, tanpa mengetahui darimana asal-usul perayaan
tersebut. Parahnya lagi jika Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam
menyelisihinya, bahkan para sahabat Rasululah & para Tabi'in dan Tabiut
tabi'in pun tidak pernah melakukannya. Ingatlah saudariku, sebaik-baik petunjuk
adalah petunjuk Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Barangsiapa beramal dengan suatu
amalan yang "tidak ada perintah dari kami padanya" maka amalan
tersebut TERTOLAK (yaitu tidak diterima oleh Allah).” [HR. Muslim].
Rasulullah, para sahabat, tabi'in dan tabiut tabi'in adalah
orang yang paling mengerti agama islam. Mereka tidak mengucapkan dan tidak
memperingati Ulang Tahun, walaupun mungkin sebagian manusia menganggapnya baik.
Ada kaidah agung yang bisa dijadikan rujukan, "Lau Kaana Khairan
Lasabaquuna ilaihi", “Seandainya perbuatan itu baik,
maka Rasulullah, para sahabat, tabi’in dan tabi’ut tabi’in pasti mereka lebih
dahulu mengamalkannya daripada kita.” Karena mereka paling
tahu tentang nilai sebuah kebaikan daripada kita yang hidup di jaman sekarang
ini.
So, sepatutnya ketika umur kita
bertambah, kita merenung, bermuhasabah atas setiap detik yang telah kita lalui,
hingga bertambahnya umur sekarang, sudahkah banyak kebaikan-kebaikan yang telah
kita perbuat? Sudahkah amal-amal yang telah kita lakukan, Allah Subhanahu wa
Ta’ala meridhoinya ? Dan sudahkah kita siap dekat dengan kuburan? Masih banyak
lagi hal lainnya yang harus direnungkan dan diperbaiki sebagai tabungan akhirat
kelak.
Jadi, alangkah baiknya jika tradisi
jahiliyah ini (peringatan perayaan ULTAH, meskipun ditutupi dengan label
syukuran, selamatan atau ucapan selamat milad atau met milad, yang seakan-akan
kelihatan lebih Islami), kita buang jauh-jauh dari diri kita, keluarga dan
anak-anak kita dan menggantinya dengan tuntunan mulia yang diajarkan oleh
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Wallahu a’lam bishowab
Sumber : isykarimah.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar