Sabtu, 15 Desember 2012

shockin' moment, (katanya!)


Saya ingin bercerita. Tapi saya sedikit ragu akan ada yang bisa mendengarkan, jg mungkin tak ada yang mengerti keadaan,ataupun alur ceritanya, lantaran kekurangan saya dalam mengurai kata-kata..
Tapi pokoknya saya harus cerita! Jadi terserah saja,dibaca tidak dibaca, tidak kenapa. Ini hanya coretan saya..
***

Kisah amazing itu bernuansakan takdir. Sebuah ketetapan Allah tentang garis perjalanan hambaNya. Sekalian sebagai hadiah keajaiban yang Ia berikan pada mereka yang hidup kemudian bergantung pada uluran tanganNya.

Sore itu,usai ‘tour’ singkat di kampus UnHas, saya dan kak Farah, kakak senior  di Pondok, berniat untuk pulang ke asrama. Karna  jam menunjukkan pukul 17.34 sore. Sudah hampir maghrib. Tidak enak sama Pembina kami, kak Fitri, jika harus pulang kemalaman.
Lalu, kembali saya mengingat bahwa tujuan saya mengiyakan ajakan kak Farah menemaninya keluar untuk sebuah urusan, adalah karna saya sangat boring di dalam pondok. Boring dengan suasananya, dan boring dengan semua kegiatannya akhir-akhir ini yang semakin padat-menumpuk oleh persiapan-persiapan menjelang ikhtibar hafalan.
Jadi siang itu saya memang meladeni kemauan kak Farah(sebenarnya kmauan hati saya jg Jg:):)) untuk jalan-jalan sekedar refreshing. Dan tujuan kami adalah UnHas. Menyusuri jalan-jalan sejuknya, mengamati gedung-gedung fakultas dan rumah-rumah kosan yang ramai. Kemudian berhenti di mesjid kampus untuk ‘istirahat’. Setelah itu, baru kami berniat untuk pulang. Tapi, klo saya mengingat tujuan awal saya ‘lari’ dari pondok, rasanya tak ingin pulang saja. Ada satu kalimat yang sangat saya ingat,yang terlanjur saya lontarkan.

“kak, rasanya belum pengen pulang. Nanti aja klo dah jam 10 malam!”

saya tau, kalimat itu hanya uap di udara, hanya gurauan saya saja. Tidak baik rasanya, kami pulang kemalaman begitu, apalagi untuk hal2 yang kurang penting. Hanya jalan2. Tapi, saya masih mencoba mengajak kak Farah menyempatkan singgah ke rumah Syahidah, teman kami yang sudah beberapa bulan ini keluar dari pondok. Ada rindu yang membuat kami ingin mampir ke tempatnya. Meski hanya sekedar salaman-cipikacipiki.

Tapi, saat dia membukakan pintu untuk kami, ada perasaan yang tidak enak di hati saya. Semacam perasaan mengganjal. Entah ada apa. Dengan dia? Atau malah dengan saya?
Tau tidak? Sudah beberapa menit berlalu, kami masih ngobrol bertiga. Dan saya maupun kak Farah tidak sadar klo kami sudah kamalaman. Tapi, saat saya sudah tersadar dengan situasi, saat saya hampir saja mengajak pulang, saat itu juga mengalirlah cerita dari Syahidah. Cerita mengagetkan,menyedihkan,melegakan,tapi amat-amat membuat seluruh persendian tulangku mau lepas!
Sore  itu, bertuturlah sahabat saya itu..
Bahwa dia..
Bahwa saya..
Bahwa kak Farah..
Bahwa kak Syamsi,..

Kenyataannya,
_syahidah – sajidah – farah – syamsi_
Tlah diikat dengan simpul yang nyata oleh-Nya. Tempat kami (saya,k’farak,k’syamsi) dan syahidah yang kini sdh terpisah tidak membuat ‘masalah’ itu tidak menghampiri kami.

Malam itu, saya dan kak Farah juga harus menyaksikan tangisan sayang seorang ibu yang merasakan ‘cemburu’. Memang hanya sebuah kesalah pahaman antara Syahidah dan Umminya(baca:ibu). Tapi saya yang dari pandangan orang tua syahidah adlah penyebab masalah itu, mau tidak mau, juga karna terdorong rasa peduli saya bwt Syahidah, saya jelaskan sedikit demi sedikit duduk permasalahannya. Dan juga tak mengurangi peranannya, kak Farah dengan segala apa yang dia ‘ketahui’ pun turut menjernihkan fikiran-fikiran yang sempat bersu’udzon.

Permasalahan selesai,balas membalas argument sdh berhenti,dan pembicaraan ditutup dengan tangis haru dari Syahidah jg umminya, kemudian permintaan maaf  dari saya atas kesalah pahaman yang membuat sahabat saya itu sempat terpuruk beberapa lamanya tanpa saya ketahui sama sekali..!!
Ukhti..maafkan saya yang mulai tak peduli setelah saya merasakan sakitnya kamu tinggalkan..
Afwan..

Tepat saat kami akan pamit untuk pulang, Syahidah mengingatkan,”sudah jam 09.52”. 
spontan saya dan kak Farah saling melotot. Ada kegelian sekaligus kengerian yang saya rasa. Satu pelajaran dan teguran lagi yg sampai untuk kami, lebih2 saya..
“jangan main2 dengan lisan!! “

Buru-buru kami pamit. Diluar pagar, saya menjabat tangan Syahidah erat. Penuh kebanggaan, penuh keharuan.. terlihat jelas dari cahaya lampu jalan yang remang-remang, ada senyum yang mengukir di wajahnya. Membuat saya teringat penuturan umminya tadi,                                    
“dia tdk pernah keluar kamar, baru setelah kalian dating dia mau membuka pintu kamarnya..”
mataku kembali berkaca. Sungguh Allah telah mengatur dan mengirimkan langkah kaki orang2 yang Dia kehendaki untuk menolongnya keluar dari fitnah-fitnah itu.
Malam itu kami lega, kami bahagiah, kami bangga, kami(atw mgkin hx saya sj) serasa terbang tinggi. Karena banyak sekali pengalaman dan ‘guncangan’ yang menyadarkan kami tentang banyak hal yang berharga..

Tapi, di atas senyuman itu, lagi-lagi dari Syahidah, ada rahasia yang membuat kami rasanya(memang) tidak bisa pulang malam itu juga. Kami tak bisa menolak kenyataan bahwa     ‘hal itu’ sanggup membuat kami ‘terkapar’ berhari di kosan kak Farah dan tidak pulang selama itu juga..!
                
******************************************************************************************* Saya tidak berharap ada yang mengerti dengan tulisan saya. Sekali lagi, saya hanya sekedar ingin menghamburkan luapan-luapan yang membanjir di fikiran saya..
Buat Syahidah, “be my sister always..”


Satu yang masih mengganjal di fikiran saya, apa yang membawa kaki saya ke sana? Takdir kah?


Tidak ada komentar: